Kebutuhan protein hewani terus mengalami peningkatan pesat seiring dengan pertambahan populasi penduduk dunia. Peternakan unggas dan ikan memacu potensinya untuk terus berkembang dalam upaya memenuhi kebutuhan protein hewani tersebut. Tepung ikan sebagai sumber protein dalam pakan ikan serta meat bone meal (MBM) sebagai sumber protein dalam pakan unggas saat ini berasal dari impor dan dijual dengan harga yang relatif mahal. Penggunaan tepung ikan dan MBM dalam pakan ikan dan unggas akan menjadi terbatas terkait dengan persaingan dengan kebutuhan manusia, sehingga alternatif sumber protein dalam pakan ikan dan unggas sangat diperlukan.
Hal itulah yang melatarbelakangi Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) menggelar sebuah seminar online dengan tema Budidaya Maggot dan Aplikasinya dalam Industri Pakan Ikan dan Unggas melalui sebuah aplikasi dalam jaringan (daring) pada 9 Juli lalu. Seminar online yang rutin diselenggarakan tersebut dilaksanakan untuk yang keempat kali dengan berbagai tema yang diketengahkan. Pada webinar kali ini, dihadirkan narasumber-narasumber antara lain CEO Biomagg Aminudi, Guru Besar Fapet IPB Prof Dr Dewi A Astuti dan Prof Dr Sumiati, Dosen FPIK IPB Dr Ichsan Achmad Fauizi, dan Ketua umum GPMT Desianto Budi Utomo.
Maggot adalah larva dari serangga Hermetia illucens atau dikenal dengan black soldier fly (BSF). Dewi Astuti yang banyak memaparkan tentang teknik budidaya BSF mengatakan, dengan luasan bak pemeliharaan berukuran 2×15 meter per unit, harga telur BSF adalah Rp 3000/g, produksi larva 3kg/gram telur, angka konversi rasio 2-2,5, dan panen larva pada 14 hari.
Dalam hal pengembangan BSF sebagai pakan, ada berbagai peluang besar yang bisa dimanfaatkan. Dewi menjelaskan, ke depan, BSF bisa dikembangkan sebagai probiotik, sebagai pakan unggas, sebagai pakan ikan, dan juga bisa dikembangkan sebagai komponen aditif, sebagai pengganti antibioik. Sumber: Agrina