Pakan merupakan salah satu komponen terpenting dan menyumbang proporsi terbesar dalam biaya produksi pemeliharaan peternakan unggas. Kendati sekitar 65 persen pakan unggas di Indonesia telah mampu dipenuhi dari lokal, namun apabila dilihat lebih dalam angka tersebut merupakan angka volume. Pasalnya 35 persen bahan pakan impor mempunyai nilai atau harga yang cukup tinggi, karena kebanyakan merupakan sumber protein. Untuk itu, diperlukan langkah strategis untuk memaksimalkan sumberdaya lokal.
Hal ini dikemukakan dalam seminar daring bertema “Revitalisasi Kemandirian Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal”. Acara tersebut diselenggarakan oleh Direktorat Peternakan dan Kesehatan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia melalui aplikasi Zoom, Senin, (20/9).
Dalam acara itu, Direktur Pakan, Ditjen PKH drh. Agus Sunanto, MP menyampaikan bahwa salah satu permasalahan pakan di Indonesia adalah sulitnya penyediaan bahan pakan secara berkelanjutan dan berkualitas, sehingga harga bahan pakan terus meningkat dan manipulasi bahan pakan sering terjadi. Salah satu program pemerintah untuk merespon hal tersebut adalah melalui bank pakan.
“Konsep pengembangan bank pakan ini dengan membentuk kelembagaan usaha pakan, optimalisasi pemanfaatan bahan pakan lokal, optimalisasi pemanfaatan dan peralatan teknologi pengolahan pakan, serta pengolahan, pengawetan dan penyimpanan pakan secara berkelanjutan,” jelas Agus.
Hal senada disampaikan oleh, Prof. Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc, Guru Besar Fakultas Peternakan, IPB University. Dalam materinya Nahrowi menyampaikan bahwa permasalahan bahan pakan lokal berada pada jaminan kualitas, ketersediaan dan harga. Menurutnya terdapat beberapa bahan pakan lokal yang sangat berpotensi untuk direvitalisasi, seperti jagung, bungkil inti sawit, dedak padi, CPO, gaplek, onggok, kedelai, tepung ikan dan maggot.
“Pengelolaan dan bisnis bahan pakan lokal perlu mendapat perhatian lebih serius agar ketersediaan, kualitas dan harga terjamin. Selain itu, formula ransum berbasis bahan pakan lokal sangat mungkin dikembangkan di Indonesia,” ujarnya. Nahrowi menambahkan bahwa perlu adanya “Road Map Revitalisasi Kemandirian Pakan Lokal” yang jelas dan terukur.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Prof Ali Agus, Dekan Fakultas Peternakan, UGM membawakan materi terkait “Inovasi Bank Pakan untuk Menjamin
Ketersediaan Pakan Ternak Berkualitas”. Dirinya menjelaskan bahwa inovasi teknologi pakan sangat penting untuk diterapkan, karena sebagai negara tropis, pakan yang dihasilkan mengandung serat yang tinggi. Belum lagi, ketersediaan bersifat musiman, banyak bahan pakan limbah pertanian dan industri yang dapat dioptimalkan serta pertimbangan rasio harga dan kualitas.
“Prinsip dan model bank pakan antara lain menyiapkan cadangan pakan atau bahan pakan, metode konservasi agar nutrisi tetap terjaga, kelembagaan bank pakan melalui kelompok atau koperasi, serta perlu lokasi penyimpanan bahan pakan,” ujarnya. Selain itu, Ali melanjutkan bahwa dalam prinsip bank pakan perlu adanya pendampingan teknologi dan kelembagaan serta mendorong lahirnya pelaku bisnis pakan atau bahan pakan. aini (poultry indonesia)